https://adienfakerz.blogspot.com

Sabtu, 27 Oktober 2012

Mesra Tanpa zina

Mesra Tanpa Zina

“Silakan bercinta dan luapkanlah cinta kepada kekasih selama tidak melanggar norma agama dan norma budaya.” Demikian penegasan dari seorang ulama kita, Dr. M. Quraish Shihab, di buku beliau, Perempuan (hlm. 87).
Masalahnya, bagaimana cara meluapkan atau mengekspresikan cinta asmara yang tidak melanggar norma agama Islam? Di buku tersebut, Pak Quraish Shihab menerangkannya sepanjang dua atau tiga halaman. Itu saja. Beliau belum secara rinci menjelaskannya. Terus terang, saya menjadi penasaran.
Selama ini, kita menjumpai banyak bacaan yang merinci bagaimana mengekspresikan cinta asmara secara mesra atau romantis. Di internet, toko buku, kios koran, atau pun perpustakaan, Anda dapat dengan mudah mendapatkannya. Sayangnya, hampir semua literatur tersebut tidak menggunakan sudut pandang Islami.
Apakah tidak ada literatur tentang ekspresi cinta romantis secara Islami? Ada! Ketika membahas persoalan cinta di buku Perempuan itu, Pak Quraish Shihab merekomendasikan kitab karya Ibnu Hazm al-Andalusi (994-1064 M), Thauq al-Hamaamah.
Kitab Thauq al-Hamaamah (Kalung Merpati) merupakan buku cinta yang pertama kali ditulis oleh ulama dengan rinci. Mengingat kepeloporannya dalam membahas cinta, maka kitab-kitab sesudahnya yang membicarakan cinta seringkali merujuk padanya.
***
Kitab Thauq al-Hamaamah itu merupakan salah satu kitab favorit Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy), sang penulis novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta. Kata Kang Abik, kitab ini bisa dikatakan merupakan buku cinta yang sangat klasik dan terus menjadi fenomena sepanjang masa. Bahkan nyaris setiap penerbit di Cairo, Mesir, telah menerbitkannya dengan versi masing-masing dalam bahasa aslinya, yaitu Arab.
Versi terjemahan Indonesianya sekarang sudah ada. Bahkan, jumlahnya juga lebih dari satu. Edisi terbaru yang saya jumpai adalah versi saduran yang diterbitkan oleh Republika. Judulnya: Di Bawah Naungan Cinta. (Cetakan I: Juni 2006, Cetakan VII: Oktober 2007)
***
Dengan adanya edisi berbahasa Indonesia tersebut, besar harapan saya bahwa para pembacanya takkan kebingungan lagi bila dipersilakan: “Silakan bercinta dan luapkanlah cinta kepada kekasih selama tidak melanggar norma agama dan norma budaya.”
Akan tetapi, harapan saya tersebut agaknya sulit terpenuhi. Para pembaca buku tersebut tampaknya akan kurang dapat menangkap dengan rinci pandangan Ibnu Hazm mengenai cara-cara mengekspresikan cinta asmara yang tidak melanggar norma agama Islam. Sebab-sebabnya, diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, versi saduran tersebut ternyata telah menghapus sebagian besar dari puisi-puisi yang terdapat dalam versi asli Thauq al-Hamaamah. Pada edisi Indonesia itu, judulnya pun telah berubah dari “Kalung Merpati” menjadi “Di Bawah Naungan Cinta”.
Akibatnya, penekanan isinya berubah menjadi “untuk mengukuhkan jiwa”. Padahal, semula yang ditekankan adalah “ekspresi cinta romantis dengan menggunakan media“, sebagaimana tercermin dalam judul aslinya. (Pak Quraish Shihab menjelaskan, “Kebiasaan mengirim surat cinta melalui merpati menjadikan Ibnu Hazm memilih nama Thauq al-Hamaamah (Kalung Merpati) untuk judul bukunya yang berbicara tentang cinta.” (Perempuan, hlm. 89).)
Kedua, cara-cara ekspresi cinta romantis yang diungkapkan oleh Ibnu Hazm itu berada dalam konteks budaya yang berbeda dengan kita. Konteks beliau adalah budaya Andalusia di Abad Pertengahan, sedangkan konteks kita adalah budaya Indonesia (Melayu) di Era Teknologi Informasi.
Lantaran perbedaan konteks itu, kita pada umumnya sebetulnya membutuhkan penjelasan yang lebih rinci lagi untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana cara mengekspresikan cinta asmara (di Era Teknologi Informasi) yang tidak melanggar norma agama Islam (dalam pandangan Ibnu Hazm)?
***
Saya tertarik untuk mengetahui jawaban yang detail (rinci) atas pertanyaan yang saya garisbawahi tersebut. Itulah yang mendorong saya menyusun buku Mesra Tanpa Zina.
Saya yakin, Anda pun tertarik untuk mengetahui jawaban yang detail atas pertanyaan tersebut. Kalau memang demikian, untuk Andalah buku Mesra Tanpa Zina ini saya tujukan. Selamat membaca!

http://muslimromantis.wordpress.com/2008/05/08/mesra-tanpa-zina/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar